Sabtu, 04 Juli 2015

Ternyata Tidak Perlu Galau


Dada yang sempit, akan sangat menyiksa. 
Apalah sebabnya? Mungkin saya pun harus menanyakan kepada diri sendiri mengapa perasaan tidak tenang senantiasa menghinggapi ketika telah Allah tetapkan sebuah kondisi. 

Namun teringat nasihat seorang ulama.
Yang semoga isi dari nasihat tersebut Insya Allah bisa meringankan beban berat dalam dada.


Mengapa harus galau.
Karena semua berjalan menurut takdir-Nya.

Syaikh Ali Mustafa Tanhawi Rahimahullah mengatakan :

" Segala sesuatu berjalan menurut takdir Allah. Dan Allah telah membagi untuk para hamba kebahagiaannya, kesengsaraannya, rezeki dan juga umurnya.

Apa yang telah ditakdirkan untukmu, maka dia akan datang meski pun engkau dalam keadaan lemah untuk menerimanya. Dan apa yang ditakdirkan untuk selain mu, maka engkau tak akan bisa meraih nya dengan kekuatanmu"

Saudaraku..........

Siapa yang bisa menerka sejatinya besok kita akan berbahagia, atau bersedih maupun kecewa. Seringkali apa yang kita sangka baik namun berujung buruk, dan awalnya kita sangka tidak lah menyenangkan ternyata akhirnya sangat membahagiakan.

Iya.....

Semua berjalan menurut takdir.
Namun penting untuk diingat!
Tak seorangpun tahu akan kemanakah takdir tersebut, karenanya mari kita persembahkan amal terbaik, dengan iman dan takwa.

Karena......

Sedianya di dunia ini tidak ada yang lebih behagia dari orang yang beriman. 
Karena orang yang beriman akan memahami dengan baik takdir Allah.

Sebab hatinya senantiasa terjaga dari kekufuran dengan tetesan-tetesan rasa syukur yang Allah ilham kan di dalam jiwa dan sanubarinya.

Saat diberi ia bersyukur
Saat diuji ia bersabar
Saat futur ia beristighfar

Sepenuh jiwa menyadari bahwa hidup tak selamanya menurut keinginan kita. 

Dalam hidup terdapat kepastian yang tertulis oleh PENA (qalam) yang absolute.
Yang Allah tulis diatas lembaran-lembaran kehidupan setiap hamba-Nya.

Untuk itu mohonlah kepada Allah,
karunia berupa takdir yang terindah dalam kehidupan kita.

Wabillahit Taufiq. Baarakallahu Fiik.

Minggu, 12 April 2015

Apa Yang Menurut Kita Lebih Baik Belum Tentu Baik Menurut Allah

Pembaca yang semoga Allah memberkahi.


Yang terbaik menurut kita belum tentu baik menurut Allah Rabbul ‘Izzati wal Jalaala. Ini ada sepenggal kisah seputar rumah tangga yang saya kutip dari kisah orang-orang sekitar saya, namun dengan tidak mengurangi rasa hormat saya, ini hanyalah sekedar sebuah kisah yang semoga dengannya kita bisa mengambil ibrah atau pelajaran. 


Saya pun banyak sekali mengambil hikmah dari kisah ini. Kisah yang sebenarnya sederhana namun sarat makna.



Terdapatlah sebuah keluarga kecil yang kurang lebih 8 tahun bersama. Keluarga yang dikaruniai sepasang anak ini keluarga yang sederhana. Sang istri hanyalah ibu rumah tangga yang biasa, yang sangat sederhana baik dari segi penampilan maupun sikap, ramah dan suka menolong. Namun di balik itu beliau mempunyai kekurangan yaitu keras dalam artian ketika punya pendapat dia akan mempertahankan pendapatnya tersebut. 


Dan dia juga manja, saking manjanya dia suka mencari perhatian suaminya. Sehingga terkadang ia mengulang kesalahan yang sama. Tapi dia sangat menyayangi suaminya, mencintainya dengan ketulusan dengan segenap tenanga ia senantiasa berusaha mengerjakan segala sesuatu sendiri agar tidak merepotkan suaminya. 


Dulu ketika hamil, dalam keadaan yang masih minim karena baru memulai rumah tangga mereka belum punya mesin pompa air, jadi untuk mengambil air harus menimba langsung dari sumur dan mengangkat air menggunakan ember. Karena sayangnya terhadap suaminya ia pun selalu mengangkat air buat suaminya, agar suaminya pulang dari kantor tidak perlu lagi mengangkat air. Masih banyak lagi kebaikan-kebaikan lain yang ia lakukan demi suaminya itu.



Sang suami mempunyai karakter supel, cerdas, berdedikasi dalam pekerjaannya. Seiring bergulirnya waktu, kehidupan mereka sedikit demi sedikit agak meningkat, sang suami ini pekerja keras, ulet dan sangat pintar bergaul sehingga banyak relasi dan teman.



Suatu ketika, sang suami tergoda wanita lain. Singkat cerita terjadilah konflik yang luar biasa dahsyat ditengah keluarga mereka. Dan berujung perpisahan. Setelah beberapa terjadi percekcokan, sang istri meminta suaminya untuk memilih, antara keluarga atau perempuan tersebut. Sebelum menanyakan hal tersebut, sang istri terlebih dulu menyatakan bahwa ia akan mempertahankan ruamah tangganya jika sang suami mau meninggalkan perbuatannya dan kembali ke keluarga, namun sang suami bilang ia belum bisa. 



Akhirnya diambillah keputusan, karena sang istri telah melewati serangkaian sholat ostikharah dan munajat-munajat kepada Allah agar dicondongkan hatinya apakah akan bertahan ataukah harus pergi. Istrinyapun mengambil keputusan membawa anak-anaknya ke rumah orang tuanya. Dan dengan sedikit menantang suaminya berkata, “ Silahkan saja, ini ATM ada isinya gunakan aja buat beli tiket.” Suasana hening dengan deraian air mata sang istri, malam berlalu sangatlah menyayat hati. 


Esok harinya sang istri kemudahan kepada Allah jalan keluar yang terbaik, sampai akhirnya ia siapkan semuanya dengan kemudahan dari Allah. Sang istripun meminjam HP tetangga depan untuk menghubungi suaminya, alangkah terkejut suaminya ketika istrinya pamit, yang sebelumnya dia mengira sang istri tidak akan berani melakukan semua itu.



Sang suami yang masih dalam keadaan yang shock terlihat dari raut wajahnya yang memerah meminjam mobil perusahaan mengantarkan istri dan anak-anaknya. Di dalam kapal suami berpesan agar menjaga anak-anaknya dengan kesedihan yang tertahan. Detik terakhir pertemuan sang istri meraih tangan suaminya meminta maaf atas segala kesalahannya selama kebersamaan dan disambut sikap dingin sang suami. Istri melangkah mencari tempat untuk mereka bermalam di kapal tersebut.
Kini kita akan menambahkan dibelakang kata suami dan istri dengan kata mantan, karena memang mereka resmi berpisah. 


Dan kini sang suami telah hidup bersama orang yang dulu dia anggap lebih baik dari mantan istrinya. Sang mantan istri setelah hampir enam tahun terakhir baru mampu mengikhlaskan semuanya. 


Namun di saat ia merasa ikhlas dengan apa yang tlah terjadi dia mendapat kabar dari mantan mertuanya dan juga informasi dari saudara mantan suami bahwa sang mantan suaminya suka diperintah-perintah istrinya untuk mengambilkan sesuatu, manja yang melebihi manja mantan istrinya dulu padahal mantan istrinya dulu saking sayangnya setiap pulang disiapin minuman hangat, bahkan dia bersedia menyuapkan nasi ke mulut suaminya, Masya Allah.

Istrinya dulu orangnya sederhana dan pernah terungkap fakta dari teman-teman yang pernah dicurhati mantan suaminya bahwa salah satu faktor kekurangan dia di mata mantan suaminya dulu adalah dia orangnya terlalu sederhana, kini istrinya baru yang dia anggap lebih baik itu berpenampilan modis dan tentu akan memakan biaya yang lebih banyak, jauh dari istrinya dulu yang belum bisa mempercantik diri karena keadaan ekonomi yang masih labil. 


Sekarang dia harus mengerjakan segala seauatu sendiri, karena istrinya terbiasa menyuruh-nyuruh sampai-sampai minum istrinyapun dia yang ambilkan. Jauh dibandingkan mantan istrinya dulu yang semua pekerjaan dia mampu kerjakan baik dari membersihkan selokan, membuat jemuran, membantu mengecat rumah, menata segala sesuatu dengan sendiri karena ia ingin suaminya tidak capek, karena sibuk bekerja di kantor.

Istrinya yang sekarang senang shopping, karena memang terbawa-bawa kebiasaan dulu, jika tak diberikan uang maka ia akan protes. Jauh seperti istrinya dulu yang qona’ah atas pemberian suaminya yang kadang perhari hanya sekedar diberikan paling besar Rp. 50.000,00 bahkan pernah katanya seminggu hanya Rp. 75.000,00 dan itu sebisa mungkin dia cukupkan untuk keperluan seminggu yang dengan uang segitu dia harus membeli susu anaknya dan keperluan rumah tangga lainnya. Subhan Allah. Maha Suci Allah dari apa yang menurut manusia baik.

Kini mantan suaminya tlah mendapatkan apa yang menurutnya baik, dan dia melepaskan apa yang menurut Allah baik. Sehingga dia mensejajarkan akalnya dengan keputusan Allah. Allah telah karuniakan ia seorang istri yang sederhana dan mampu mengerjakan pekerjaan rumah dengan baik dan tidak banyak menuntut serta mencintainya dengan tulus, dari mereka mulai mengayuh biduk rumah tangga dalam keadaan belum punya apa-apa. Seorang istri yang menurutnya tidak baik menjadi teman hidupnya. 


Dan dia lebih memilih wanita yang terbias bekerja diluar rumah, dan tidak terbiasa mengerjakan urusan rumah tangga, yang terbiasa hidup mewah, dan sejatinya kalaulah dia bukan seorang shipping manager diperusahaan tersebut boleh jadi istrinya yang baru tidak akan pernah mau mendampinginya. Jauuuh dari mantannya yang ikhlas mendampinginya mulai dari nol.



Kini sang mantan istri banyak memetik hikmah dari perpisahannya. Meskipun dengan tertatih-tatih ia lalui perjalanan hidupnya bersama kedua anaknya, namun dengan segala yang telah ia lewati, ia bisa menjadi pribadi yang lebih dewasa. Kini dalam kesendiriannya dai belajar tegar, dan Allah mengaugerahkan hidayah Sunnah kepadanya, sehingga ia melewati hari-harinya dengan sedikit tenang, qona’ahnya bertambah, kesabarannya bertambah, kesederhanaannya semakin mantap, dan ia senantiasa berdo’a agar zuhud terhadap dunia dan zuhud terhadap apa-apa yang ada di tangan manusia.

Dia belajar dari kesalahannya yang dulu, salah satu pembelajaran dari hikmah yang dia ungkapkan ke saya yaitu bagaimanapun dahsyatnya guncangan yang terjadi dalam rumah tangga cobalah untuk bertahan sebisa mungkin. Karena ternyata pekerjaan iblis yang mendapat penghargaan yang tertinggi adalah memisahkan antara dua orang suami istri. 


Demikian dahsyatnya pekerjaan iblis itu, sehingga setiap pasangan harus berusaha mempertahankan rumah tangga, saling menerima kekurangan pasangan, dan yang tak kalah penting adalah tuturnya yaitu, cintailah pasangan anda karna Allah. Itu adalah kunci sebuah rumah tangga. 

Karena dengan mencintai karena Allah apapun yang terjadi akan kita lewati dengan tenang, karena semuanya ikhlas karena Allah, tujuannya hanyalah keridhaan Allah Rabbul’Izzati.


Pembaca yang semoga Allah merahmati kita semuanya.


Ini hanyalah satu contoh kecil dari bukti apa yang menurut kita baik belum tentu baik menurut Allah. Semoga kita semua dapat mengambil pelajaran dari kisah ini. Saya do’akan agar kita semua diberikan Allah kekuatan untuk mencintai apapun di atas muka bumi ini karena Allah. Terlebih pasangan hidup kita. Agar kita terjaga dari fitnah rumah tangga yang berujung perpisahan.


Maaf jika masih terdapat kekurangan dalam penulisan ini. Maklum masih amatiran. Hehee…..Hmmmm saya rasa kesempurnaan hanyalah milik Allah saja.

Baarakallahu Fiikum. Wabillaahit Taufiq.



Jumat, 10 April 2015

Mendidik Bukanlah Sekedar Mentransfer Ilmu

Guru adalah pendidik, namun banyak yang mengira tugas seorang guru hayalah sekedar mentransfer ilmu saja. Padahal dari lisan dan perbuatan seorang guru akan lahir generasi yang menjadi dua karakter yaitu baik atau buruk. Miris ketika melihat seorang tenaga pendidik berbicara kasar dan kotor di depan anak didiknya. Sehingga mereka (anak didiknya) mengira bahwa apa yang diucapkan gurunya boleh sehingga muncul pembenaran dari satu sisi. Padahal seorang guru seharusya menjadikan contoh yang baik buat anak didiknya.

Jika Saja Kita Mengetahui Hakikatnya Dunia

Jika saja kita benar-benar mengetahui hakikat dunia ini, niscaya kita akan berusaha sebisa mungkin memperbaiki diri, sehingga tidak berkutat dengan kesalahan orang lain saja.

Jika saja kita benar-benar memahami hakikat dunia, niscaya setiap cibiran, cacian, makian, kecaman, hujatan, dan apapun bentuknya hinaan akan kita hadapi dengan senyuman. 

Jika saja kita mengetahui hakihat dunia, niscaya kita akan senantiasa berusaha untuk kuhsyu' dalam sholat. 

Jika saja kita mengetahui hakihat dunia, nicaya harta yang kita punya akan kita infaqkan seikhlas-ikhlasnya. 

Jika kita mengetahui hakihat dunia, maka kita akan lebih banyak berpuasa. Jika kita mnegetahui hakikat dunia, niscaya seberapapun besar kesalahan pasangan hidup kita akan senantiasa mampu kita maafkan. 

Jika kita mengetahui hakihat dunia, niscaya kita akan menjadikan dunia di tangan dan akhirat dalam hati. 

Jika kita mengetahui hakihat dunia, maka tak sepatah katapun kita akan berdusta.

Terlebih jika kita mengetahui dengan sebenar-benarnya hakikat akhirat.
Niscaya kita akan menjadi orang yang senantiasa bertaubat setiap hari.